Minggu, 26 Juli 2015

drop voltage (teganggan jatuh)

Perhitungan Voltage Drop (Tegangan Jatuh) Pada Kabel - Pada kabel konduktor pasti memiliki nilai impedansi dan sehingga setiap kali arus mengalir melalui kabel tersebut, akan ada jatuh tegangan disepanjang kabel, yang dapat diturunkan dengan Hukum Ohm (yaitu V = IZ ). Penurunan tegangan tersebut tergantung pada dua hal, yaitu :
        1.  Aliran arus melalui kabel - semakin tinggi arus, semakin besar tegangan drop
        2.  Impedansi konduktor - semakin besar impedansi, semakin besar tegangan drop
Impedansi kabel
Impedansi kabel merupakan  fungsi dari ukuran kabel (luas penampang) dan panjang kabel. Umumnya produsen kabel akan melampirkan data kabel yang diproduksinya seperti nilai resistansi kabel dan reaktansi kabel dalam satuan Ω / km. 
Menghitung Jatuh Tegangan (Voltage Drop)
Untuk sistem suplay tegangan AC , metode menghitung jatuh tegangan (voltage drop) adalah dengan berdasarkan faktor beban dengan mempertimbangkan arus beban penuh pada suatu sistim. Tetapi jika beban memiliki arus startup tinggi (misalnya motor) , maka tegangan drop dihitung dengan berdasarkan pada arus start up motor tersebut serta faktor daya .
Untuk sistem tiga phasa :
V3 = [S3 I ( RcCos + XcSin ) L] / 1000
Dimana :
V3   , Tegangan Jatuh (Voltage Drop) Tiga Phasa
I        , adalah arus beban penuh atau arus nominal atau arus saat start (A)
Rc      , adalah resistansi ac kabel ( Ω / km )
Xc      , adalah reaktansi ac kabel ( Ω / km )
Cos  , adalah faktor daya beban ( pu )
L        , adalah panjang kabel ( m)
Untuk sistem fase tunggal :
V1 = [2 I ( RcCos + XcSin ) L] / 1000
Dimana :
V1   , Tegangan Jatuh (Voltage Drop) Satu Phasa
I        , adalah arus beban penuh atau arus nominal atau arus saat start (A)
Rc      , adalah resistansi ac kabel ( Ω / km )
Xc      , adalah reaktansi ac kabel ( Ω / km )
Cos  , adalah faktor daya beban ( pu )
L        , adalah panjang kabel ( m)
Untuk sistem DC :
Vdc = [2 I  Rc  L] / 1000
Dimana :
Vdc   , Tegangan Jatuh (Voltage Drop) Tegangan DC
I        , adalah arus beban penuh atau arus nominal atau arus saat start (A)
Rc      , adalah resistansi dc kabel ( Ω / km )
L        , adalah panjang kabel ( m)
Tegangan Jatuh (Voltage Drop) Maksimum
Tegangan Jatuh (Voltage Drop) Maksimum merupakan drop tegangan tertinggi yang diperbolehkan timbul sepanjang kabel yang dialiri oleh arus listrik. Bila drop tegangan yang timbul melebih batas maksimum, maka ukuran kabel yang lebih besar harus dipilih.
Tegangan Jatuh (Voltage Drop) disepanjang kabel lebih ditentukan karena beban konsumen (misalnya peralatan) sehingga tegangan yang sampai diinput peralatan tidak melebihi batas toleransi. Ini berarti, jika tegangan pada alat tersebut lebih rendah dari tegangan minimum , maka alat tidak dapat beroperasi dengan benar .
Secara umum, sebagian besar peralatan listrik akan beroperasi normal pada tegangan serendah 80 % dari tegangan nominal. Sebagai contoh, jika tegangan nominal adalah 230VAC, maka sebagian besar peralatan dapat dijalankan pada > 184VAC. Pemilihan ukuran untuk kabel penghantar yang baik adalah ukuran yang hanya mengalami drop tegangan sebesar kisaran 5 - 10% pada beban penuh .

Jumat, 24 Juli 2015

Membuat Remote Kontrol dengan IC

Membuat Remote Kontrol dengan IC

Dengan menggunakan pasangan NE 555 dan LM 567 kita dapat membuat suatu sistem pengendali jarak jauh melalui media cahaya infra merah. Sistem ini bekerja berdasarkan pendeteksian frekuensi dari sinyal yang dipancarkan. Sehingga frekuensi sinyal pada rangkaian pemancar (NE 555, dapat juga menggunakan LM 567 sebagai pembangkit frekuensinya) haruslah sama dengan frekuensi dekodernya. Frekuensi pada bagian pemancar ditentukan oleh nilai R1 dan C1 berdasarkan persamaan berikut:
Perioda = t1+t2
t1=0,7x(RA+RB)xC
t2=0,7xRBxC

Gambar 1. Rangkaian Pemancar Infra Merah
Seperti telah disebutkan di atas, bagian penerima pun harus memiliki deteksi frekuensi yang sama dengan frekuensi yang dipancarkan oleh rangkaian NE 555. Frekuensi kerja dari rangkaian penerima ditentukan oleh persamaan berikut:
f = 1/(1,1xR1xC1)

Untuk mempermudah proses tunning, maka R1 pada bagian penerima adalah variabel resistor. Sedangkan pada bagian pemancar adalah bernilai tetap. Ketika rangkaian telah siap, maka supaya sistem dapat bekerja dengan baik, langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan tunning, dengan cara bagian pemancar dihidupkan terus menerus, sedangkan R1 pada bagian penerima diatur nilainya sampai dapat mendeteksi sinyal pemancar (dapat diketahui dengan reaksi relay yang berbunyi klik).

Gambar 2. Rangkaian Penerima Infra Merah
Gambar 3 berikut adalah diagram blok dari sistem remote control untuk banyak saluran. Tiap saluran dirancang dengan frekuensi yang berbeda. Dengan memperhatikan lebar pita dari pendeteksi frekuensi sinyal LM 567, maka frekuensi antar channel haruslah memiliki perbedaan yang cukup besar, misalkan kita coba dengan perbedaan sebesar 5 KHz.
BLOK
Gambar 3. Diagram Blok Sistem Multi Channel Remote Control

Selasa, 07 Januari 2014

PUIL 2000 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik)

PUIL 2000 (Persyaratan Umum Instalasi Listrik)

Sejarah Singkat PUIL

Peraturan instalasi listrik yang pertama kali digunakan sebagai pedoman beberapa instansi yang berkaitan dengan instalasi listrik adalah AVE (Algemene Voorschriften voor Electrische Sterkstroom Instalaties) yang diterbitkan sebagai Norma N 2004 oleh Dewan Normalisasi Pemerintah Hindia Belanda. Kemudian AVE N 2004 ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan diterbitkan pada tahun 1964 sebagai Norma Indonesia NI6 yang kemudian dikenal sebagai Peraturan Umum Instalasi Listrik disingkat PUIL 1964, yang merupakan penerbitan pertama dan PUIL 1977 dan PUIL 1987 adalah penerbitan PUIL yang kedua dan ketiga yang merupakan hasil penyempurnaan atau revisi dari PUIL sebelumnya, maka PUIL 2000 ini merupakan terbitan ke 4.

Jika dalam penerbitan PUIL 1964, 1977 dan 1987 nama buku ini adalah Peraturan Umum Instalasi Listrik, maka pada penerbitan sekarang tahun 2000, namanya menjadi Persyaratan Umum Instalasi Listrik dengan tetap mempertahankan singkatannya yang sama yaitu PUIL.

Penggantian dari kata “Peraturan” menjadi “Persyaratan” dianggap lebih tepat karena pada perkataan “peraturan” terkait pengertian adanya kewajiban untuk mematuhi ketentuannya dan sangsinya. Sebagaimana diketahui sejak AVE sampai dengan PUIL 1987 pengertian kewajiban mematuhi ketentuan dan sangsinya tidak diberlakukan sebab isinya selain mengandung hal-hal yang dapat dijadikan peraturan juga mengandung rekomendasi ataupun ketentuan atau persyaratan teknis yang dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan pekerjaan instalasi listrik.

Sejak dilakukannya penyempurnaan PUIL 1964, publikasi atau terbitan standar IEC (International Electrotechnical Commission) khususnya IEC 60364 menjadi salah satu acuan utama disamping standar internasional lainnya. Juga dalam terbitan PUIL 2000, usaha untuk lebih mengacu IEC ke dalam PUIL terus dilakukan, walaupun demikian dari segi kemanfaatan atau kesesuaian dengan keadaan di Indonesia beberapa ketentuan mengacu pada standar dari NEC (National Electric Code), VDE (Verband Deutscher Elektrotechniker) dan SAA (Standards Association Australia).

PUIL 2000 merupakan hasil revisi dari PUIL 1987, yang dilaksanakan oleh Panitia Revisi PUIL 1987 yang ditetapkan oleh Menteri Pertambangan dan Energi dalam Surat Keputusan Menteri No:24-12/40/600.3/1999, tertanggal 30 April 1999 dan No:51-12/40/600.3/1999, tertanggal 20 Agustus 1999. Anggota Panitia Revisi PUIL tersebut terdiri dari wakil dari berbagai Departemen seperti DEPTAMBEN, DEPKES, DEPNAKER, DEPERINDAG, BSN, PT PLN, PT Pertamina, YUPTL, APPI, AKLI, INKINDO, APKABEL, APITINDO, MKI, HAEI, Perguruan Tinggi ITB, ITI, ISTN, UNTAG, STTY-PLN, PT Schneider Indonesia dan pihak pihak lain yang terkait.

Bagian 1 dan Bagian 2 tentang Pendahuluan dan Persyaratan dasar merupakan padanan dari IEC 364-1 Part 1 dan Part 2 tentang Scope, Object Fundamental Principles and Definitions.

Bagian 3 tentang Proteksi untuk keselamatan banyak mengacu pada IEC 60364 Part 4 tentang Protection for safety. Bahkan istilah yang berkaitan dengan tindakan proteksi seperti SELV yang bahasa Indonesianya adalah tegangan extra rendah pengaman digunakan sebagai istilah baku, demikian pula istilah PELV dan FELV. PELV adalah istilah SELV yang dibumikan sedangkan FELV adalah sama dengan tegangan extra rendah fungsional. Sistem kode untuk menunjukan tingkat proteksi yang diberikan oleh selungkup dari sentuh langsung ke bagian yang berbahaya, seluruhnya diambil dari IEC dengan kode IP (International Protection). Demikian pula halnya dengan pengkodean jenis sistem pembumian. Kode TN mengganti kode PNP dalam PUIL 1987, demikian juga kode TT untuk kode PP dan kode IT untuk kode HP.

Bagian 4 tentang Perancangan instalasi listrik, dalam IEC 60364 Part 3 yaitu Assessment of General Characteristics, tetapi isinya banyak mengutip dari SAA Wiring Rules dalam section General Arrangement tentang perhitungan kebutuhan maksimum dan penentuan jumlah titik sambung pada sirkit akhir.

Bagian 5 tentang Perlengkapan Listrik mengacu pada IEC 60364 Part 5: Selection and erection of electrical equipment dan standar NEC.

Bagian 6 tentang Perlengkapan hubung bagi dan kendali (PHB) serta komponennya merupakan pengembangan Bab 6 PUIL 1987 dengan ditambah unsur unsur dari NEC.

Bagian 7 tentang Penghantar dan pemasangannya tidak banyak berubah dari Bab 7 PUIL 1987. Perubahan yang ada mengacu pada IEC misalnya cara penulisan kelas tegangan dari penghantar. Ketentuan dalam Bagian 7 ini banyak mengutip dari standar VDE. Dan hal hal yang berkaitan dengan tegangan tinggi dihapus.

Bagian 8 tentang Ketentuan untuk berbagai ruang dan instalasi khusus merupakan pengembangan dari Bab 8 PUIL 1987. Dalam PUIL 2000 dimasukkan pula klarifikasi zona yang diambil dari IEC, yang berpengaruh pada pemilihan dari perlengkapan listrik dan cara pemasangannya di berbagai ruang khusus. Ketentuan dalam Bagian 8 ini merupakan bagian dari IEC 60364 Part 7, Requirements for special installations or locations.

Bagian 9 meliputi Pengusahaan instalasi listrik. Pengusahaan dimaksudkan sebagai perancangan, pembangunan, pemasangan, pelayanan, pemeliharaan, pemeriksaan dan pengujian instalasi listrik serta proteksinya. Di IEC 60364, pemeriksaan dan pengujian awal instalasi listrik dibahas dalam Part 6: Verification. PUIL 2000 berlaku untuk instalasi listrik dalam bangunan dan sekitarnya untuk tegangan rendah sampai 1000 V a.b dan 1500 V a.s, dan gardu transformator distribusi tegangan menengah sampai dengan 35 kV. Ketentuan tentang transformator distribusi tegangan menengah mengacu dari NEC 1999.

Pembagian dalam sembilan bagian dengan judulnya pada dasarnya sama dengan bagian yang sama pada PUIL 1987. PUIL 2000 tidak menyebut pembagiannya dalam Pasal, Subpasal, Ayat atau Subayat. Pembedaan tingkatnya dapat dilihat dari sistim penomorannya dengan digit. Contohnya Bagian 4, dibagi dalam 4.1; 4.2; dan seterusnya, sedangkan 4.2 dibagi dalam 4.2.1 sampai dengan 4.2.9 dibagi lagi dalam 4.2.9.1 sampai dengan 4.2.9.4. Jadi untuk menunjuk kepada suatu ketentuan, cukup dengan menuliskan nomor dengan jumlah digitnya.

Seperti halnya pada PUIL 1987, PUIL 2000 dilengkapi pula dengan indeks dan lampiran lampiran lainnya pada akhir buku. Lampiran mengenai pertolongan pertama pada korban kejut listrik yang dilakukan dengan pemberian pernapasan bantuan, diambilkan dari standar SAA, berbeda dengan PUIL 1987.

Untuk menampung perkembangan di bidang instalasi listrik misalnya karena adanya ketentuan baru dalam IEC yang dipandang penting untuk dimasukkan dalam PUIL, atau karena adanya saran, tanggapan dari masyarakat pengguna PUIL, maka dikandung maksud bila dipandang perlu akan menerbitkan amandemen pada PUIL 2000. Untuk menangani hal hal tersebut telah dibentuk Panitia Tetap PUIL. Panitia Tetap PUIL dapat diminta pendapatnya jika terdapat ketidakjelasan dalam memahami dan menerapkan ketentuan PUIL 2000. Untuk itu permintaan penjelasan dapat ditujukan kepada Panitia Tetap PUIL.

PUIL 2000 ini diharapkan dapat memenuhi keperluan pada ahli dan teknisi dalam melaksanakan tugasnya sebagai perancang, pelaksana, pemilik instalasi listrik dan para inspektor instalasi listrik. Meskipun telah diusahakan sebaik-baiknya, panitia revisi merasa bahwa dalam persyaratan ini mungkin masih terdapat kekurangannya. Tanggapan dan saran untuk perbaikan persyaratan ini sangat diharapkan.

PUIL 2000 ini tidak mungkin terwujud tanpa kerja keras dari seluruh anggota Panitia Revisi PUIL 1987, dan pihak pihak terkait lainnya yang telah memberikan berbagai macam bantuan baik dalam bentuk tenaga, pikiran, sarana maupaun dana sehingga PUIL 2000 dapat diterbitkan dalam bentuknya yang sekarang. Atas segala bantuan tersebut Panitia Revisi PUIL mengucapkan terima kasih sebesar besarnya.

Jakarta, Desember 2000
Panitia Revisi PUIL

Sabtu, 04 Juni 2011

proses pembutan kabel NYFGbY

Prose Pembutan Kabel NYFGbY yaitu :
  1.  drawing
  2.  stranding
  3. insulation
  4. cabling
  5. inner sheath
  6. armoring
  7. outher sheath
*Drawing merupakan proses penarikan kawat tembaga (Copper rod) ataupun aluminium melalui serangkaian penarikan melewati batu dies. tujuan drawing pada  proses ini adalah untuk memperkecil diameter kawat tembaga dan aluminium sehingga menjadi diameter yang di inginkan yaitu untuk mengubah diameter tembaga dari diameter 8 mm2  yang disebut copper rod hingga diameter yang di dibtuhkan 




*Stranding process dalam pemilinan kawat yang sering kita sebut stranding prosess ada beberapa hal yang harus kita perhatikan, terutama pada pembuatan stranding bentuk Compact dan sector. Diameter akhir dan dan kepadatan dari stranding sangat menentukan bayak tidaknya penggunaan bahan. Dalam hal ini bahan penghantarnya sendiri dan juga bahan isolasi serta pembungkus lainya.


*insul merupakan proses isolasi pada konductor yang sudah dipilin terlebih dahulu hingga menjadi sebuah konductor yang dipilin sesuai tipe yang di inginkan



*Cabling adalah proses pemilinan 2 hingga 5 inti kabel berisolasi XLPE atau PVC, sesuai dengan jenis kabel dan langkah yang di tentukan. Proses ini berlaku bagi semua power Cable multi core dangan penghantar dari tembaga atau aluminium dengan inti lebih dari satu. 


* inner sheath merupakan proses isolasi konductor yang sudah mengalami proses cabling atau pemilinan 2 inti kabel atau lebih conductor yang sudah digabung menjadi satu  


*armoring adalah proses pemasangan perisai baja yang dibeliti hingga menutupi  konduktor lebih dari 90%
setelah itu ditambahkan seal tipe baja untuk melapisi perisai baja yang berbentuk flat tersebut.


*outher sheath adalah proses final pada proses pembuatan kabel ini outher sheath adalah proses pengisolasian  yang terakhir  setelah proses in ini selesai maka proses pembuatan kabel sudah selesai.

tulisan ini adalah hayalah sebagian garis besarnya saja .,.,.,.

                                  By:jhon (KABELINDO tbk)